Resistensi Masyarakat Petalangan Mempertahankan Kearifan Lokal dalam “Kemantan Muda Roh Belian"

Journal Title: Bahasa: Jurnal Keilmuan Bahasa dan Sastra Indonesia - Year 2019, Vol 1, Issue 1

Abstract

Dalam dinamika kehidupan, khususnya di Indonesia, arus globalisasi telah mengubah cara pandang masyarakat terhadap dunia, baik identitas, citra diri, maupun nilai hidup. Bagi masyarakat tertentu, tekanan arus globalisasi melalui pencintraan yang dilakukan secara masif oleh negara-negara maju pengusung globalisasi tersebut justru meminggirkan nilai-nilai lokal yang dijunjung tinggi selama ini. Nilai-nilai lokal yang dipandang arif dalam berbagai persoalan kehidupan tergerus oleh lajunya arus globalisasi ini, terutama bagi masyarakat Petalangan di Provinsi Riau. Kehidupan masyarakat Petalangan semakin terpinggirkan oleh proses pembangungan yang gegap gempita. Masyarakat hidup berbalut kesengsaraan dan kemiskinan. Sebagai seorang sastrawan, B.M. Syamsuddin mencoba merepresentasikan kehidupan sosial budaya masyarakat Petalangan ini dalam karya sastra. Melalui cerpennya yang berjudul “Kemantan Muda Roh Belian”, ia mengkritik kondisi sosial budaya dan menguak ketidakberesan yang terjadi, khususnya dalam kehidupan masyarakat Petalangan. Melalui pendekatan hermeneutik yang diusung Richard E. Palmer, penulis menafsirkan kritik sosial budaya yang disampaikan B.M. Syamsuddin dalam cerpen “Kemantan Muda Roh Belian”. Kritik tersebut ditunjukkan melalui bentuk resistensi masyarakat setempat dalam mempertahankan kearifan lokal yang mereka miliki secara turun-temurun. Dengan menggunakan metode deskriptif interpretatif, dapat ditemukan bahwa pengarang memunculkan tokoh seorang kemantan (dukun) sebagai bentuk resistensi masyarakat Petalangan dalam mempertahankan kearifan lokal. Dengan demikian, kehadiran kemantan ini dapat dikatakan sebagai sebuah perlawanan masyarakat Petalangan untuk mengukuhkan eksistensi mereka yang membebaskan masyarakat dari ketertindasan.

Authors and Affiliations

Dessy Wahyuni

Keywords

Related Articles

Resistensi Masyarakat Petalangan Mempertahankan Kearifan Lokal dalam “Kemantan Muda Roh Belian"

Dalam dinamika kehidupan, khususnya di Indonesia, arus globalisasi telah mengubah cara pandang masyarakat terhadap dunia, baik identitas, citra diri, maupun nilai hidup. Bagi masyarakat tertentu, tekanan arus globalisasi...

Level Berpikir Pertanyaan Guru pada Pembelajaran Bahasa Indonesia

Analisis Pertanyaan Guru dengan Kerangka LOTS (Lower Order Thinking Skills) dan HOTS (Highter Order Thinking Skills) pada Pembelajaran Bahasa Indonesia di SMKN 3 Soppeng. Penelitian ini bertujuan mendeskripsikan wujud pe...

Analisis Kesalahan Berbahasa Pada Kegiatan Diskusi

Penelitian ini bertujuan mendiskripsikan analisis kesalahan berbahasa siswa SMA Negeri 3 Baubau pada kegiatan diskusi kelas. Desain penelitian secara deskriptif kualitatif. Data penelitian analisis kesalahan berbahasa pa...

Kajian Dekonstruksi Karakterisasi Tokoh Rahwana dalam Novel Ramayana Karya Sunardi DM Kaitannya dengan Pendidikan Karakter dan Nilai Budaya

Saat ini pendidikan karakter sedang gencar dilakukan oleh pemerintah untuk mengembalikan karakter budaya Indonesia yang dianggap sedang mengalami krisis. Perbaikan tersebut dilakukan melalui kurikulum pendidikan yang men...

Multiliterasi dalam Pembelajaran Bahasa Indonesia untuk Penutur Asing (BIPA) Berbasis Sastra Warna Lokal Betawi Di Uin Syarif Hidayatullah Jakarta

Bahasa berkaitan dengan budaya. Seperti halnya bahasa yang lain, bahasa Indonesia pun banyak dipengaruhi budaya-budaya setempat. Untuk itu, sebagai strategi pengajaran Bahasa Indonesia untuk Penutur Asing (BIPA) harus j...

Download PDF file
  • EP ID EP50113
  • DOI https://doi.org/10.26499/bahasa.v1i1.21
  • Views 315
  • Downloads 0

How To Cite

Dessy Wahyuni (2019). Resistensi Masyarakat Petalangan Mempertahankan Kearifan Lokal dalam “Kemantan Muda Roh Belian". Bahasa: Jurnal Keilmuan Bahasa dan Sastra Indonesia, 1(1), -. https://europub.co.uk/articles/-A-50113