Diutus Untuk Menghasilkan umat yang Kudus:Eksposisi Yesaya 6:1-13
Journal Title: Jurnal Jaffray - Year 2014, Vol 12, Issue 1
Abstract
Pengutusan Yesaya sebagai nabi dimulai dengan perjumpaannya dengan Tuhan. Dalam perjumpaannya dengan Tuhan, Yesaya mengakui kenajisan dirinya, dan ia pun dikuduskan oleh TUHAN melalui pelayanan para seraf. Setelah dikuduskan, ia siap menerima pengutusan yang dinyatakan kepadanya. Pengutusan nabi Yesaya bukan untuk menghasilkan pertobatan seluruh bangsa, tetapi menghasilkan umat yang mengeraskan hati dan tertutup terhadap halhal rohani, kemerosotan rohaninya semakin meningkat, dan bahkan sebagian besar umat Yehuda dibinasakan. Ia yang diutus oleh TUHAN balatentara yang kudus, tetapi dalam pelayanannya, ia tidak disenangi oleh umat dan para pemimpin Yehuda. Ini menunjukkan bahwa pengutusan Yesaya bukan untuk menghasilkan banyak petobat baru, tetapi sekelompok kecil orang kudus. Bercermin kepada panggilan nabi Yesaya, mungkin ada di antara para hamba Tuhan yang dipanggil oleh Allah dengan memiliki karakter pelayanan seperti yang dimiliki oleh Yesaya. Hal yang harus dipercaya adalah ia dipanggil dengan jaminan penyertaan. Pembelanya adalah TUHAN balatentara. Penjaminnya adalah Raja yang bertakhta. Penyedianya adalah Tuhan yang memiliki segalanya. Keberhasilan pelayanan dalam konteks pengutusan Yesaya bukan dilihat dari berapa banyak jumlah umat yang dihasilkan dan bukan pula pada besarnya penghasilan yang diterima, tetapi menghasilkan umat yang kudus. Untuk itu, yang terpenting untuk diperlihara adalah hidup dalam kekudusan dan melayani untuk menghasilkan umat yang kudus, sehingga walaupun sedikit jumlah umat yang dilayani, tetapi mereka adalah umat yang berkenan kepada Allah. Allah yang menyatakan diri kepada hamba-Nya dan umat-Nya adalah Allah yang maha kudus. Sebagai Allah yang kudus, maka segala sifat dan apa pun yang dimiliki-Nya adalah kudus, termasuk hamba-Nya dan umat-Nya. Bersekutu dengan Tuhan yang kudus adalah prioritas utama dalam penyembahan, kekudusan harus menjadi prioritas diri, dan menghasilkan umat yang kudus harus menjadi prioritas dalam pelayanan.
Authors and Affiliations
Peniel C. D. Maiaweng
Gerakan Potensi Manusia: Injil Harga Diri atau .... ?
Gerakan Potensi manusia dalam falsafah New Age merupakan injil harga yang pada akhirnya akan berakhir pada kekosongan spiritual dan citra diri. Manusia telah mati, kata Firman Tuhan. Untuk menemukan identitas, citra di...
Simbolisme Menurut Mircea Eliade
Dalam kehidupan berbangsa dan bernegara kita memiliki simbol yaitu Pancasila; sedangkan dalam kehidupan beragama kita memiliki simbol yaitu Wahyu atau Kitab Suci. Pancasila dan Kitab Suci sebagai simbol memberi dasar...
“Barrenness”: Jalan Penggenapan Janji Allah Bagi Keluarga Allah
Kemandulan adalah tema umum dalam Alkitab terutama dalam Perjanjian Lama. Kemandulan merupakan persoalan serius bagi pasangan di dalam budaya yang menekankan pentingnya keturunan. Tulisan ini membuktikan bahwa kemandulan...
Musisi Sekuler dan Gerejawi
Menjadi seorang musisi tidak sekedar bermain musik atau menyanyi saja. Ada jenjang-jenjang yang akan dilewatidalam dunia musik, yang pada akhirnya setiap musisi dihadapkan kepada tanggung jawab dalam dunia tersebut. Di j...
Kepercayaan Rahab Berdasarkan Yosua 2:1-24
Tujuan penulisan ini adalah membuktikan bahwa kepercayaan Rahab terwujud melalui setiap tindakan Rahab dalam Yosua 2:1-24. Penulis surat Ibrani dan Yakobus mengungkapkan bahwa setiap tindakan Rahab menunjukkan kepercayaa...