Kain Songket Palembang dengan Penerapan
Journal Title: Journal of Visual Art and Design - Year 2016, Vol 7, Issue 2
Abstract
Minimnya perkembangan motif Songket Palembang dan menghadapi kemunculan ‘songket’ mesin yang harga jualnya jauh lebih murah membuat beberapa pengrajin tenun songket asli menggunakan material alternatif, seperti sutera campuran, benang emas campuran, dan lain-lain untuk tetap bertahan. Semaraknya tren batik di Indonesia sejak UNICEF menetapkan batik sebagai warisan tak benda asli Indonesia, namun banyak masyarakat dalam dan luar Palembang yang tidak kenal dengan Batik Palembang. Kenyataannya, karena ketidakpahaman ini dan karena sisi ekonomis menyebabkannya sebagian masyarakat terpaksa memilih tekstil hasil industri pabrik dibanding karya asli daerah. Akhirnya, kepentingan untuk mempopulerkan motif batik Palembang yang mulai terlupakan juga menjadi kepentingan penelitian ini, selain kebutuhan akan variasi baru kreasi kain Songket Palembang. Hubungan dengan Cina dan India memberikan pengaruh dalam beberapa ragam hias dan warna pada kain Songket Palembang. Kesultanan Palembang Darussalam membeli benang emas dari Cina untuk ditenun menghiasi Songket Palembang sebagai pakaian mewah kalangan bangsawan wanita. Berdasarkan kuantitas benang dan motif yang diterapkan di dalamnya, kain songket berbeda bagi golongan penggunanya. Diketahui, sebagai komoditi dagang dari Jawa, batik juga dikenakan oleh masyarakat Palembang. Motif-motif tertentu digemari dan menjadi ciri khas motif Palembangan hingga kini. Batik Palembang tidak dibuat di Palembang melainkan di Pesisir Jawa. Oleh karena itu, motifnya merupakan paduan ragam hias flora fauna Palembang dan corak songket selain motif India dan daerah pembuatnya. Akhirnya, salah satu solusi yang ditawarkan untuk keragaman variasi ini adalah menerapkan teknik batik di atas permukaan kain Songket Palembang sebagai salah satu cara menghias permukaan kain. Penerapan ini dapat dilakukan karena kain terbuat dari benang sutera alam. Menggunakan mode kualitatif, data-data didapat melalui literatur, wawancara dan observasi non partisipatoris di tempat pengrajin songket dan batik. Menggunakan metode triangulasi data didukung pendekatan berbagai disiplin terkait untuk menghasilkan karya eksperimentatif, penelitian ini bertujuan untuk memberikan variasi baru pada kain Songket Palembang dengan penerapan teknik batik di atasnya, sebagaimana belum pernah ada yang pernah melakukan hal seperti ini sebelumnya. Proses berkarya dimulai dari perancangan yang mengangkat motif-motif batik Palembang mengikuti estika karya Palembang yang repetitif dan geometris terukur. Hasilnya teknik batik dapat diterapkan di atas permukaan kain songket dengan memperhatikan jenis pewarna batik yang cocok untuk selanjutnya diterapkan sebagai produk fesyen.
Authors and Affiliations
Nadina Sukma Salim
Kajian Penyebab Kemiskinan Masyarakat Nelayan di Kampung Tambak Lorok
Poverty is caused by natural, cultural as well as structural factors. In coastal areas, the conditions of poverty can be aggravated by climate change phenomena such as coastal inundation and flooding. The village of Tamb...
Development and Evaluation of A New Studio-Based Course on Critical Design
Although the last decade has seen critical design growing as an area of research, studies have rarely focused on how to teach it. Some design schools have established graduate programs and others have developed individua...
Dualisme Modular
Abstrak. Dualisme merupakan konsep filsafat yang menyatakan bahwa segala sesuatu memiliki dua hal yang berlawanan atau prinsip. Hidup dan mati, laki dan perempuan, siang dan malam, jiwa dan raga, sehat dan sakit, kaya da...
Socio-Psychological Impact of Outdoor Sculptures in Nigeria Urban Cities
One major element that finds expression at road intersections, parks, gardens, square and open spaces in the urban landscape are outdoor sculptures. Of great significance is the historical information they disseminate, t...
Strategy of Entrepreneurship & Creative Economy Development through District Mapping in Bandung City
Since Bandung joined the UNESCO Creative Cities Network (UCCN) on 11 December 2015, all its stakeholders and the city have become more active in fulfilling its commitments as a City of Design, among others by strengtheni...