PELATIHAN PARADIGMA DAN METODE PEMBELAJARAN
Journal Title: Jurnal Sosial Humaniora - Year 2012, Vol 5, Issue 2
Abstract
Persoalan yang dihadapi dunia pendidikan kita di antaranya sikap pembelajar terhadap proses pembelajaran relatif kuang positif. Mereka tampaknya hanya bersekolah, belum belajar. Bersekolah hanyalah seperti mengikuti tahapan-tahapan menjalani kehidupan saja, layaknya jarum jam yang bergerak tanpa ruh.Rasa ingin bisanya (tujuan psikomotor) cenderung sangat rendah. Ditandai oleh takut mencoba, takut salah, takut malu jika tidak bisa. Seolah-olah salah itu tidak boleh, pertanda bodoh bahkan goblok. Akibat lanjutannya, kebiasaan yang cenderung terbentuk adalah mencari jalan pintas, seperti menyontek, mencontoh persis, kopi-paste, “bacem”, dan membeli ke biro jasa skripsi. Bibit-bibit untuk membentuk manusia dengan karakter suka menerabas, tidak peka mutu, tidak disiplin murni bahkan watak hipokrit sudah tampak menggejala. Tidak bermental pegulat atau pengarum jeram. Bermental penerabas. Variabel yang menjadi penyebabnya tentu sangat kompleks. Jangan-jangan budaya seneoritas, feodalisme, santun ke atas telah ikut mengantar paradigma botol kosong yang harus diisi ke dalam dunia pendidikan. Guru dan sekolah layaknya penguasa yang “leluasa” membentuk, mencetak lulusan. Globalisasi menginspirasi elit pendidikan kita untuk memperbarui paradigma pembelajaran, yang berakibat pada perubahan kurikulum, silabus, rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP), termasuk juga pendekatan dan metode pembelajarannya. Dengan paradigma pembelajaran bahwa siswa laksana butiran emas yang masih penuh lumpur maka prinsip yang perlu dijadikan kesadaran oleh para pendidik adalah bebaskan anak- anak dari “penjajahan” sekolahan, termasuk oleh gurunya. Pendekatan penggalian dan pengembangan potensi (butiran emas) oleh dirinya sendiri secara konsistenharus ditanamkan dan digalakkan. Guru dan manajemen sekolah hanya memfasilitasi agar tercipta atmosfer pembelajaran yang menyenangkan sehingga sekolah dan ruang-ruang kelas laksana lahan subur yang di atasnya dapat tumbuh subur benih-benih unggul yang penuh potensi. Guru bukan mengisi atau mengajar, tapi mengasah, mengasuh, menyulut, menyadarkan, memakcomblangi. Iklim atau suasana pembelajaran harus menyenangkan. Berarti, (a) fasilitas pembelajaran di sekolah harus memadai, (b) jumlah siswa per kelas juga mempengaruhinya; semakin banyak jumlahnya semakin sulit mengendalikan dan membuat suasana pembelajaran menyenangkan; (c) gaya komunikasi verbal dan nonverbal oleh guru, terutama dalam proses pembelajaran harus sirkuler bukan linier, harus demokratis bukan otoriter-doktriner, harus menyenangkan bukan membosankan dan juga harus bersifat keibuan atau kebapakan bukan kelaki-lakian, keras, kaku dan menakutkan.
Authors and Affiliations
Edy Subali, Enie Hendrajati
THE DUAL PURPOSE OF TEACHING LITERATURE: TO PROVIDE STIMULATING COURSE CONTENT AND TO DEVELOP STUDENTS’ COMMUNICATIVE ABILITIES.
It is the individual reader’s freedom to interpret a text according to his own outlook on the world that makes the study of literature such an exciting and liberating experience. This paper will look at some of the issue...
Eksplorasi Nilai Pendidikan Lingkungan Cerpen Daring Republika: Kajian Ekokritik
The purpose of this study is to explore the value of environmental education and interaction between characters and nature in the short stories of the Republika newspaper. The author describes the form of ecological crit...
MODE WACANA BAHASA KEKUASAAN
Manusia dilahirkan tidak terlepas dari kegiatan ekonomi, sosial, budaya, dan politik. Hal ini mengisyaratkan bahwa manusia bukan saja sebagai makhluk sosial, ekonomi, dan budaya, akan tetapi juga termasuk makhluk politik...
PENGELOLAAN LIMBAH DOMESTIK BERBASIS KOMUNITAS DI KAWASAN DAERAH ALIRAN SUNGAI TAWING: STUDI KASUS DI KABUPATEN TRENGGALEK
Penelitian tentang pengelolaan limbah domestik berbasis komunitas Di kawasan Daerah Aliran Sungai (DAS) Tawing ini didasarkan pada fenomena bencana banjir yang terjadi hampir setiap tahun. Faktor penyebabnya tidak hanya...
Subduing Cultural Stereotype & Ethnocentrism In Business Organizations: A Soft Skills Stance
Business organizations are highly dependent on culture and communication that define the essence of their existence. Researches indicate that while some organizations have successfully placed themselves in the global mar...